Diduga Dikeluarkan Secara Sepihak, Atlet Basket Luwu Ungkap Kekecewaan terhadap Perbasi

POROSCELEBES.COM, LUWU – Dunia olahraga Kabupaten Luwu tengah disorot publik menyusul dugaan tindakan sewenang-wenang terhadap atlet bola basket putri, Jennifer Lauren atau Lola, yang dikeluarkan secara sepihak dari tim Pra-Porprov Bola Basket Putri Luwu pada September 2025, tepat menjelang pelaksanaan kompetisi.

Lola, yang sebelumnya lolos seleksi ketat sejak April dan masuk dalam 12 pemain inti, mengaku dirugikan setelah berbulan-bulan menjalani latihan intensif dan mengeluarkan banyak biaya demi memperkuat tim daerahnya.

Bacaan Lainnya

“Perlu tenaga, waktu, dan materi yang tidak sedikit untuk melaksanakan latihan tersebut, terutama karena jaraknya yang jauh dari rumah saya,” ungkap Lola.

Namun puncak kekecewaannya terjadi ketika ia tiba-tiba dikeluarkan oleh Ketua Perbasi Luwu tanpa penjelasan atau alasan yang jelas.

“Saya dikeluarkan secara sepihak tanpa adanya kejelasan. Hati hancur dan remuk, tapi saya pasrah karena katanya dia yang berkuasa di perbasketan Luwu,” ujar Lola dengan nada kecewa.

Lola menilai pengorbanannya sia-sia dan menyoroti bahwa penggantinya tidak melalui perjuangan yang sama. Ia berharap praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang pribadi, bukan prestasi, tidak lagi terjadi dalam dunia olahraga daerah.

Menanggapi tudingan tersebut, Ketua Perbasi Luwu yang dikonfirmasi media memberikan penjelasan berbeda. Ia membantah bahwa keputusan pengeluaran Lola dilakukan secara sepihak tanpa pertimbangan. Menurutnya, persoalan ini telah ditunggangi kepentingan internal yang ingin menjatuhkan dirinya.

“Menjadi Ketua Perbasi Luwu ombaknya memang cukup kencang karena ini salah satu jabatan strategis. Awalnya saya tidak pernah berpikir untuk jadi ketua, tapi karena kondisi akhirnya saya ditunjuk,” ujar Ketua Perbasi Luwu.

Ia menegaskan bahwa keputusan yang diambil sudah melalui pertimbangan, meskipun diakui tidak semua pihak akan setuju dengan kebijakan yang dibuat.

“Yang jelas, tidak seperti itu kejadian sebenarnya. Tapi saya fair juga, sebagai manusia yang tidak sempurna. Di balik itu semua, ada dalangnya dan saya sudah tahu siapa yang mau menjatuhkan saya sebagai ketua,” ujarnya.

Menurutnya, dinamika di tubuh Perbasi Luwu cukup kompleks karena terdapat lima bendera klub yang harus disatukan, dan masing-masing memiliki kepentingan sendiri.

“Justru yang menjatuhkan saya di sini adalah pengurus inti sendiri. Karena memang berat menyatukan lima klub itu. Saya tidak menutup kemungkinan kebijakan saya ada yang tidak menyenangkan semua pihak,” tambahnya.

Meski begitu, ia menegaskan siap menghadapi persoalan ini dengan terbuka “Dengan adanya kasus ini, Insya Allah saya akan hadapi dan akan menceritakan kejadian yang sebenarnya,” tutupnya.

Kasus ini membuka ruang evaluasi terhadap transparansi dan tata kelola organisasi olahraga di Kabupaten Luwu, khususnya dalam hal seleksi dan perlindungan hak-hak atlet. Publik kini menantikan langkah lanjutan dari Perbasi Luwu untuk memberikan penjelasan menyeluruh dan memastikan profesionalisme dijaga dalam setiap proses pembinaan atlet daerah.

Pos terkait